MEMERIKSA DAN MEMBEDAKAN HAQ DAN BATILNYA INFORMASI GHAIB

>> Senin, 11 Januari 2010

Beriman Kepada Yang Ghaib

Sebagai bagian dari kaum yang beriman, kaum muslimin dan muslimat diwajibkan untuk mengimani/mempercayai adanya yang ghaib, sebagaimana firman Allah yang tertulis di Al Qur’an Surat 2/Al Baqarah:2-3 yang diterjemahkan sbb: :
“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,”
Dari hadis Nabi SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r.a. yang ditulis dalam kitab Riyadhus As Shoilikhin, bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang nabipun yang diutus oleh Allah sebelumku -Muhammad s.a.w., melainkan ia mempunyai beberapa orang hawari - penolong atau pengikut setia – dari kalangan ummatnya, juga beberapa sahabat,yang mengambil teladan dengan sunnahnya serta mentaati perintahnya. Selanjutnya sesudah mereka ini akan menggantilah beberapa orang pengganti yang suka mengatakan apa yang tidak mereka lakukan, bahkan juga melakukan apa yang mereka tidak diperintahkan. Maka barangsiapa yang berjuang melawan mereka itu - yakni para penyeleweng dari ajaran-ajaran nabi yang sebenarnya ini -dengan tangan - atau kekuasaannya, maka ia adalah seorang mu'min, barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan lisannya, iapun seorang mu'min dan barangsiapa yang berjuang melawan mereka dengan hatinya, juga seorang mu'min, tetapi jikalau semua itu tidak - dengan tangan, lisan dan hati, maka tiada keimanan samasekali sekalipun hanya sebiji sawi." (Riwayat Muslim)
Jadi beriman yang sesungguhnya itu mengandung tiga aspek, yaitu beriman dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dilaksanaan dengan suatu perbuatan. Misal, seseorang beriman kepada Allah dan RasulNya itu, artinya dia mengakui di hatinya, diucapkan dengan lisannya, dan dilaksanakan perintah-perintah Allah dan RasulNya. Maksudnya, kalau seseorang itu mengaku beriman tetapi belum melaksanakan perintahNya, berarti orang tsb., belum dikatakan beriman. Kalau seseorang itu mengaku beriman tetapi baru sebagian melaksanakan perintahNya yang mampu dia laksanakan, berarti orang tsb., belum sepenuhnya beriman dengan sempurna. Masih ada penyakit kemunafikan dalam dirinya. Dalam kitab Riyadhus As Shoilikhin dituliskan hadis Nabi SAW:
Dari Abu 'Amr, ada yang mengatakan namanya Abu 'Amrah, Sufyan bin Abdullah r.a., katanya: "Saya bertanya: Ya Rasulullah, katakanlah padaku dalam Islam tentang suatu ucapan yang saya tidak akan menanyakan lagi pada seseorang selain Tuan." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Katakanlah, saya beriman kepada Allah kemudian bertindak luruslah* - berpegang teguhlah pada kebenaran." (Riwayat Muslim)
Maksudnya bertindak lurus itu ialah: Kalau kita telah mengaku beriman pada Allah, hendaklah kita jangan segan berlaku yang benar dan jujur, misalnya benar-benar memperjuangkan cita-cita Islam. Maka jangan hanya menamakan dirinya itu seorang Islam sekedar hanya pengakuan kosong belaka, tetapi berlakulah yang benar sebagai seorang Muslim.
Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Iman itu ada tujuhpuluh lebih atau enampuluh lebih - lebihnya ialah antara tiga sampai sembilan - cabangnya. Maka yang terutama sekali ialah ucapan La ilaha illallah, sedang yang terendah sekali ialah melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan. Perasaan malu – berbuat keburukan - adalah salah satu cabang dari keimanan." (Muttafaq 'alaih)
Katagori Ghaib
Yang ghaib itu ada dua katagori, yaitu :
1.Al Ghoib, yang Maha Ghoib. Dialah Allah SWT, Al Kholik Sang Maha Pencipta yang “laisa kamitslihi syaiun”, tidak bisa dimisalkan dengan sesuatupun, tidak bisa terjangkau dengan apapun, bahkan dengan dengan qolbu. Kecuali Dia berkehendak lain.
2.Makhluk Ghoib, yang tergolong menjadi dua golongan besar makhluk, yaitu :
a.Yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Para malaikat, Jiwa para Rasul dan Nabi, Jiwa Para Wali, Jiwa para Siddiqin, Jiwa para suhada, jiwa para sholihin yang telah meninggal yang berjamaah dengan Nabi SAW sebagai imamnya dan para jin yang beriman dan beramal sholeh dan taat kepada Nabi SAW.
Dalilnya adalah Al Qur’an Surat Al Baqarah 154, Surat Al Imran 169 dan Al Ahqaf 29:
•Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
•Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.
•Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
b.Yang tidak bertaqwa kepada Allah SWT.
Bangsa Jin (Iblis, setan, jin kafir & munafik), jiwa manusia kafir & munafik yang telah meninggal yang masih mengikuti dan dipimpin setan. Dalilnya adalah :
Al Qur’an Surat Al Hijir 39 : Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
Al Qur’an Surat Al Baqarah 208 : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Al Qur’an Surat Al An’am 128 : Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia", lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Sebagaimana langit dan bumi yang berlapis-lapis, ghaib katagori dua (makhluk) juga berlapis keghaibannya. Lapisan keghaiban yang mampu dicapai manusia yang dikaruniai kasfiyah biasa itu, katakan saja terdiri atas :jawarih, akal, sukma, qalbu, sir, dlomir dan akhfa. Bisa juga beberapa ulama menggunakan istilah yang berbeda.
Makhluk ghaib yang berada dilapisan yang lebih kasar (misal di tingkat jawarih) tidak mampu melihat makhluk ghaib yang berada dilapisan lebih halus di tingkat akal. Tetapi makhluk ghaib yang berada di tingkat lebih halus, misal di tingkat akhfa, akan bisa melihat makhluk ghaib di tingkat di bawahnya.
Contoh : jin adalah makhluk ghaib, yang diperintah Allah untuk beribadah kepadaNya. Dia dapat digoda oleh setan (bangsa jin juga) yang tidak terlihat olehnya.
Manusia yang dikaruniai kasfiyah di tingkat jawarih, tidak akan bisa melihat makhluk ghaib di tingkat yang lebih lembut. Sehingga bisa jadi, dia bisa tertipu oleh makhluk ghaib dari tingkat yang lebih halus, yang menampakkan dirinya dengan rupa dan atribut yang sangat cemerlang cahayanya dan tampak sangat sholeh.

Informasi Ghaib
Informasi ghaib itu bermacam-macam sumbernya, mulai dari ide, ilham, khatir/bisikan ghaib, penglihatan & pendengaran ghaib, wahyu kepada binatang dan lain-lain sampai kepada wahyu kenabian dan pengakuan orang-orang yag mengaku diberikan kemampuan kasfiyah (mampu melihat rupa dan mendengar suara makhluk ghaib).
Risiko penipuan dalam menerima informasi ghaib bisa terjadi karena adanya setan yang dekat pada diri manusia dan yang selalu mengganggu manusia.
Petunjuk Allah SWT dan rasulNya bahwa setan itu dekat pada diri manusia, terdapat pada beberapa ayat Al Qur’an dan hadis Nabi SAW, antara lain :
1.Barang siapa yang berpaling dari mengingat (pengajaran dari) Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya [Az Zukhruf (43) : 36].
2.Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, berkata Ishaq: Telah mengkhabarkan kepada kami, sedangkan Utsman berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja'd dari ayahnya dari Abdullah bin Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin." Mereka bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? beliau menjawab: "Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam, ia hanya memerintahkan kebaikan padaku." Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Al Mutsanna dan Ibnu Basyar keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam dari Ammar bin Ruzaiq keduanya dari Manshur dengan sanad jarir seperti haditsnya, hanya saja dalam hadits Sufyan disebutkan: "Melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin dan dari kalangan malaikat."
3.Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id Al Aili telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab telah mengkhabarkan kepadaku Abu Shakr dari Ibnu Qusaith telah menceritakan kepadanya bahwa Urwah telah menceritakan kepadanya bahwa Aisyah, istri nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam, telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam keluar dari kediamannya pada suatu malam. Aisyah berkata: Aku merasa cemburu pada beliau lalu beliau datang dan aku melihat yang beliau lalukan. Beliau bertanya: "Kau kenapa, wahai Aisyah?" aku menjawab: Orang sepertiku mengapa tidak menyemburui orang seperti Tuan? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Apa setanmu mendatangimu?" Aisyah bertanya: Waha Rasulullah, apakah ada setan menyertaiku? Beliau menjawab: "Ya." Aisyah bertanya: Juga menyertai semua manusia? Beliau menjawab: "Ya." Ia bertanya: Menyertai Tuan juga? Beliau menjawab: "Ya, hanya saja Rabbku menolongku mengalahkannya hingga ia masuk Islam." [Imam Muslim]
4.Dari Ummul mu'minin Shafiyah binti Huyay radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. pada suatu saat beri'tikaf, lalu saya datang untuk menengoknya di waktu malam, lalu saya berbicara dengannya, kemudian saya berdiri untuk kembali ke rumah. Tiba- tiba beliau s.a.w. juga berdiri beserta saya untuk mengantarkan saya pulang. Selanjutnya ada dua orang lelaki dari kaum Anshar radhiallahu 'anhuma berjalan melalui tempat itu. Setelah keduanya melihat Nabi s.a.w. lalu keduanyapun bercepat-cepat menyingkir. Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Perlahan-lahanlah berjalan, hai saudara berdua. Ini adalah Shafiyah binti Huyay." Keduanya lalu berkata:"Subhanallah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam - yakni manusia - sebagaimana aliran darah. Sesungguhnya saya takut kalau-kalau dalam hatimu berdua itu timbul sesuatu yang jahat atau mengatakan sesuatu yang tidak baik." (Muttafaq 'alaih)
Diantara penceramah agama, sering menyampaikan bahwa Allah itu dekat dengan diri seorang mukmin, bahkan lebih dekat dengan urat lehernya sendiri, dengan dalil :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [QS 2:186]. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya,” [ QS 50:16].

Tetapi mereka itu kurang intensif menyampaikan bahwa setan juga dekat (berjalan sealiran dengan jalan darah manusia), sebagaimana diriwayatkan dalam hadis-hadis Nabi SAW di atas.
Benar bahwa Allah itu dekat dengan diri manusia mukmin, tetapi dengan syarat dia harus “memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Nabi SAW memenuhi persyaratan itu dengan sempurna sehingga menjadi manusia yang paling sempurna, yang paling dekat dengan Allah SWT. Nabi SAW dengan pertolongan Allah SWT mengalahkan setan qarinnya hingga ia masuk Islam.
Bagaimana dengan kita yang insya Allah bertekad dan belajar menjadi mukmin, apakah :
1.sudah benar-benar beriman kepada Allah dan hal-hal lain yang termuat dalam rukun iman?
2.sudah memenuhi segala perintah Allah dan sunah-sunah RasulNya?
3.sudah mengalahkan setan qarin kita hingga masuk Islam?.
Kalau kita seorang muslim, belum dapat menjawab dan meyakinkan diri kita sendiri dengan tiga pertanyaan di atas, dan membiarkannya berlalu begitu saja, maka jangan-jangan kita ini masih dikendalikan oleh hawa nafsu yang ditunggangi oleh setan, sebagaimana firman Allah :
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [QS 45:23].

Untuk pertanyan nomor satu dan dua, mungkin banyak diantara kaum muslim yang menyangka dirinya telah benar-benar beriman dan mengikuti perintah Allah.
Untuk pertanyaan nomor tiga, mungkin kita akan mendapat jawaban bahwa, yang bisa mengalahkan setan qarin kan hanya Nabi SAW, kita manusia biasa tidak mungkin mengalahkannya. Biasanya mereka termasuk dalam kaum muslim mengikuti paham ulama yang mereka gelari “Mujaddid” / “pembaharu”. Mereka itu menolak pengetahuan-pengetahuan yang dianggap ghaib, karena kalau mempelajari ilmu kegaiban itu adalah musyrik. Sesungguhnya mereka tertipu oleh setan, supaya jangan memahami lebih lanjut mengenai setan dan bagaimana cara mengalahkan dengan sebenar-benar cara mengalahkannya. Mereka menyangka hanya dengan membaca ta’ud, mereka sudah terbebas dari setan.
Atau mungkin kita akan mendapat jawaban, bahwa mereka selalu berdzikir mengingat Allah, dengan kalimah-kalimah “Laa ilaa ha ilallah” atau “Allah-Allah-Allah” terus menerus, sehingga disangkanya dengan kalimah-kalimah itu setan-setan akan menyingkir. Biasanya mereka termasuk dalam kaum muslim mengikuti “tariqah”. Mereka lupa bahwa Iblis (yang dulu namanya Azazil) itu adalah ahli dzikir kepada Allah yang tingkatannya, pada zaman dulu, bisa menyamai para malaikat. Mereka lupa atau tertipu bahwa dengan tercapainya kenikmatan berdzikir itu mereka bebas dari gangguan setan.
Bisa jadi, banyak diantara kaum msulim yang terkena firman Allah SWT :
“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?". Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” [QS 18:103-104]

Untuk itu jangankan menyangka bahwa, ide, ilham, khatir atau bisikan yang sampai di hati atau benak kita itu, tidak ada risiko intervensi setan. Terus, bagaimana solusinya?.

Bagaimana memeriksa penipuan setan atau hawa nafsu terhadap ide, ilham, khatir/bisikan ghaib, silahkan dibaca kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghazali.
Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai bagaimana memeriksa kebenaran “penglihatan & pendengaran ghaib”
Orang-orang yang diberikan kemampuan kasfiyah itu adalah para Nabi dan Rasul, sebagian para wali Allah, dan orang-orang yang dibantu makhluk ghaib*) untuk melihat makhluk ghaib yang lain.
*) Orang yang dibantu makhluk ghaib untuk melihat makhluk ghaib yang lain dengan disadarinya bahwa dia dibantu makhluk lain, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya atau menyadarinya.
Nabi SAW dikaruniai Allah SWT untuk melihat setan yang halus yang mengalir dalam darah manusia. Perhatikan hadis berikut :
Dari Ummul mu'minin Shafiyah binti Huyay radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. pada suatu saat beri'tikaf, lalu saya datang untuk menengoknya di waktu malam, lalu saya berbicara dengannya, kemudian saya berdiri untuk kembali ke rumah. Tiba- tiba beliau s.a.w. juga berdiri beserta saya untuk mengantarkan saya pulang. Selanjutnya ada dua orang lelaki dari kaum Anshar radhiallahu 'anhuma berjalan melalui tempat itu. Setelah keduanya melihat Nabi s.a.w. lalu keduanyapun bercepat-cepat menyingkir. Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Perlahan-lahanlah berjalan, hai saudara berdua. Ini adalah Shafiyah binti Huyay." Keduanya lalu berkata:"Subhanallah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam - yakni manusia - sebagaimana aliran darah. Sesungguhnya saya takut kalau-kalau dalam hatimu berdua itu timbul sesuatu yang jahat atau mengatakan sesuatu yang tidak baik." (Muttafaq 'alaih)
Untuk itulah sebenarnya petunjuk Nabi SAW adalah referensi utama untuk menunjukkan penipuan-penipuan setan. Referensi lain adalah petunjuk para ulama kasyfiah dan terbukti ketawadzu’an dan kesolehannya.
Ada diantara manusia yang mengaku bisa melihat atau mendengar atau merasakan makhluk-makhluk yang ghaib, yang biasanya tidak terlihat/terdengar/terasakan keberadaanya oleh manusia biasa. Sebagian diantaranya mengikuti petunjuk makhluk ghaib itu. Ada kemungkinan risiko akibat mengikuti petunjuk makhluk ghaib itu, yaitu tertipu dan dia menyangka mendapatkan jalan yang benar dan lurus. Seseorang yang diberi kemampuan kasyfiah, bisa tertipu penglihatannya kalau kalau tidak mempunyai cara untuk memeriksa penipuan itu. Misalnya dia melihat sosok ghaib yang cemerlang, beratribut ulama, bergamis putih, bersorban, berselendang, memegang tasbih dan atribut keulamaan yang lain. Sosok ghaib tadi belum tentu seorang mukmin dan soleh, tetapi yang bisa jadi jin kafir yang berlagak seperti ulama.

Beberapa petunjuk yang tertulis dalam Al Qur’an dan hadis Nabi SAW, secara umum bisa dijadikan pedoman a. l :
5.“Barang siapa yang berpaling dari mengingat Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya [Az Zukhruf (43) : 36].
6."Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya" [Al-A'raf (7) : 200-201].
7.Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim, berkata Ishaq: Telah mengkhabarkan kepada kami, sedangkan Utsman berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja'd dari ayahnya dari Abdullah bin Mas'ud berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Tidaklah seorang pun dari kalian melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin." Mereka bertanya: Tuan juga, wahai Rasulullah? beliau menjawab: "Aku juga, hanya saja Allah membantuku mengalahkannya lalu ia masuk Islam, ia hanya memerintahkan kebaikan padaku." Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Al Mutsanna dan Ibnu Basyar keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam dari Ammar bin Ruzaiq keduanya dari Manshur dengan sanad jarir seperti haditsnya, hanya saja dalam hadits Sufyan disebutkan: "Melainkan dikuasai pendamping dari kalangan jin dan dari kalangan malaikat."
8.Telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa'id Al Aili telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahab telah mengkhabarkan kepadaku Abu Shakr dari Ibnu Qusaith telah menceritakan kepadanya bahwa Urwah telah menceritakan kepadanya bahwa Aisyah, istri nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam, telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam keluar dari kediamannya pada suatu malam. Aisyah berkata: Aku merasa cemburu pada beliau lalu beliau datang dan aku melihat yang beliau lalukan. Beliau bertanya: "Kau kenapa, wahai Aisyah?" aku menjawab: Orang sepertiku mengapa tidak menyemburui orang seperti Tuan? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Apa setanmu mendatangimu?" Aisyah bertanya: Waha Rasulullah, apakah ada setan menyertaiku? Beliau menjawab: "Ya." Aisyah bertanya: Juga menyertai semua manusia? Beliau menjawab: "Ya." Ia bertanya: Menyertai Tuan juga? Beliau menjawab: "Ya, hanya saja Rabbku menolongku mengalahkannya hingga ia masuk Islam." [Imam Muslim]
9.Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Orang-orang sama bertanya kepada Rasulullah s.a.w. perihal ahli tenung - atau tukang meramal.* Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidak ada sesuatupun yang hak atau benar daripadanya." Orang-orang berkata lagi: "Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka itu memberitahukan kepada kita akan sesuatu hal yang kadang-kadang lalu menjadi kenyataan -yakni seolah-olah benar." Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda: "Itulah sesuatu kalimat hak - yakni merupakan kebenaran - yang disambar oleh seorang jin, kemudian disampaikan - dibisikkan -dalam telinga kekasihnya, kemudian dengan sebuah kalimat yang benar itu oleh ahli tenung tadi dicampurkannya dengan seratus macam kedustaan." (Muttafaq 'alaih).
10.Dalam riwayat Imam Bukhari dari Aisyah radhiallahu 'anha disebutkan bahwsanya Aisyah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya malaikat itu turun ke mega - yakni awan, kemudian menyebutkan sesuatu perkara yang sudah diputuskan di langit, lalu syaitan itu memasangkan pendengarannya untuk mencuri isi keputusan tadi, selanjutnya setelah didengarkan baik-baik, iapun lalu menyampaikannya kepada ahli tenung. Seterusnya ahli tenung tadi membuat kedustaan seratus macam banyaknya yang keluar dari hatinya sendiri, di samping satu yang dari syaitan tersebut - yang dianggap sebagai kebenaran.

Seseorang yang diberi kemampuan kasyfiah (melihat hal-hal yang tak terlihat oleh mata biasa), bisa tertipu penglihatannya kalau kalau tidak mempunyai cara untuk memeriksa penipuan itu. Misalnya dia melihat sosok ghaib (bagi kebanyakan orang) berbaju gamis putih, bersorban, berselendang dan atribut keulamaan yang lain. Sosok ghaib tadi belum tentu seorang mukmin dan soleh, tetapi yang bisa jadi jin kafir yang berlagak seperti ulama. Sosok ghaib tadi perlu ditest dengan kalimat-kalimat yag mencirikan iman-tauhid, seperti “La ilaa ha ilallah, Muhammadurrasulullah, Uzair bin Imran ‘abdullah, Isa bin Maryam ‘abdullah, Ummu Maryam amatullah hiya laisat bi shohibah. Kalau perlu dengan kalimah “Kullu khoir wa hasanah min ‘indallah, wa kullu syar wa syayyiat laisa ‘indallah walakin min ‘indi anfusinaa wattibaa’i hawanaa” Setiap kebaikan dari Allah, setiap kejelekan dari diri kita sendiri karena mengikuti hawa nafsu”. Kalau perlu lagi bisa ditammah dengan kalimah i’tirob “Ya Allah, Ya Robbanaa, dzolamnaa anfusanaa wa inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lana kunanna minal khosiriin”. Kalau sosok ghaib tadi mampu melafalkan kalima-kalimah itu, insya Allah, beliau adalah termasuk dari kelompok sholihin. Beliau insya Alah akan menyampaikan informasi yang haq.


Pegangan bahwa kita wajib beriman kepada yag ghaib adalah Al Qur’an Surat 2/Al Baqarah:2-3 :
•“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,”
Al Qur’an Surat 2/Al Baqarah: 154 dan Surat 3/Al Imran 169 :
•Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
•Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.
Al Qur’an Surat Al Maidah/5:35,
•Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Al Qur’an Surat Al Fatihah/1:5 :
•Hanya kepada Allah kita beribadah dan hanya kepada Allah kita minta pertolongan.
Al Qur’an Surat Al Maidah/5:55-56 :
•Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
•Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.
Al Qur’an Surat Al Ankabuut/29:69 :
•Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Seseorang yang diberi kemampuan kasyfiah (melihat hal-hal yang tak terlihat oleh mata biasa), bisa tertipu penglihatannya kalau kalau tidak mempunyai cara untuk memeriksa penipuan itu. Misalnya dia melihat sosok ghaib (bagi kebanyakan orang) berbaju gamis putih, bersorban, berselendang dan atribut keulamaan yang lain. Sosok ghaib tadi belum tentu seorang mukmin dan soleh, tetapi yang bisa jadi jin kafir yang berlagak seperti ulama. Sosok ghaib tadi perlu ditest dengan kalimat-kalimat yag mencirikan iman-tauhid, seperti “La ilaa ha ilallah, Muhammadurrasulullah, Uzair bin Imran ‘abdullah, Isa bin Maryam ‘abdullah, Ummu Maryam amatullah hiya laisat bi shohibah. Kalau perlu dengan kalimah “Kullu khoir wa hasanah min ‘indallah, wa kullu syar wa syayyiat laisa ‘indallah walakin min ‘indi anfusinaa wattibaa’i hawanaa” Setiap kebaikan dari Allah, setiap kejelekan dari diri kita sendiri karena mengikuti hawa nafsu”. Kalau perlu lagi bisa ditammah dengan kalimah i’tirob “Ya Allah, Ya Robbanaa, dzolamnaa anfusanaa wa inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lana kunanna minal khosiriin”. Kalau sosok ghaib tadi mampu melafalkan kalima-kalimah itu, insya Allah, beliau adalah termasuk dari kelompok sholihin. Beliau insya Alah akan menyampaikan informasi yang haq.

0 komentar:

About This Blog

Artikel Favorit

xxxx

  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP